Realitas umat saat ini memang benar-benar aneh dan serba terbalik. Yang haram menjadi halal. Yang tabu menjadi lumrah. Yang dosa menjadi biasa. Yang buruk menjadi baik. Yang aneh menjadi unik..
Pasti diantara kalian ada yang pernah mendapat pertanyaan “Pernah nonton film bokep nggak?”.
Ketika kita jawab, “Nggak pernah!”, maka orang-orang yang bertanya tersebut akan berkomentar, “Kamu bohongkan?” atau “Halah boong kamu!” atau “Hari gini enggak pernah nonton bokep! Pasti elo bohong!”.
Dan ketika kita jawab, “Sungguh! Alhamdulillah saya belum pernah nonton itu!”
Maka mereka akan berkomentar, “Berarti kamu enggak normal!”
GDUBRAK!!! Ironis benar nasib kita bro. Ketika kita menjawab jujur mereka malah menuduh bohong dan ketika mereka telah yakin kita jujur maka mereka malah menuduh kita tidak normal. Glegek….
Dan yang lebih aneh lagi adalah ketika kita tanya balik, “Kamu sendiri gimana? Sudah pernah menontonnya?”
Sebagian dari mereka menjawab dengan malu-malu dan berbagai alas an untuk melegalkan perbuatannya, “Saya pernah, tapi enggak sengaja, waktu itu….bla…bla…bla…bla….”.
Glegek…
Dan yang lebih tragis ada sebagiannya yang justru bangga, “O…. Iya dong gua pernah nonton. Bahkan mungkin hampir tiap minggu. Itu mah biasa lagi… Bahkan sering kali gua nonton bareng sama temen-temen gua.”
GDUBRAK!!! Aduh ya ampun… astaghfirullah…..
Hai bro’…. Inilah zaman kita…
Ketika sesuatu yang sangat tabu justru menjadi hal biasa.
Ketika sesuatu yang sebenarnya aib justru menjadi kebanggaan.
Sungguh ironis zaman kita ini….
Baik disini kita tidak perlu tersinggung juga tidak perlu marah apalagi mengakui kesalahan kita di hadapan khalayak. Cukuplah kita renungi makna hujjah dalil berikut ini,
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Umatku akan mendapat ampunan, kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa. Di antaranya, orang berbuat dosa pada malam hari dan pada pagi hari ia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi. Ia bercerita : “Hai fulan, saya tadi malam berbuat begini dan begitu. “Sesungguhnya malam itu Allah telah menutupi perbuatannya, namun pagi harinya ia malah membuka sendiri perbuatannya yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah….
Bro’ku…. Lihatlah hujjah dalil di atas, di sana Rasulullah telah memberikan kabar gembira kepada kita dengan ungkapan, “Umatku akan mendapat ampunan” jika berbuat dosa karena kekhilafannya, bertaubat dan tidak mengulanginya lagi di kemudian hati. Tapi juga memberikan peringatan pengecualian itu dengan ungkapan, “kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa” kemudian dengan bangganya mereka menceritakan dosanya tersebut kepada khalayak bahkan mengajaknya. MayaAllah….
Sekarang coba kita pikirkan bro’, apa yang akan kita rasakan ketika seseorang yang telah kita beri kenikmatan seperti persahabatan, kebaikan, sebagian rejeki kita, waktu untuk mendengarkan curhatannya dan lain-lain kemudian dengan sombong dan bangganya orang itu menceritakan kepada orang lain apa yang telah dia lakukan terhadap segala pemberian kita itu untuk hal-hal yang tidak baik. Apakah yang kita rasakan bro’? Apakah kita sanggup untuk memberikan mereka lagi? Apakah kita bisa berbuat hal yang sama seperti itu lagi terhadapnya?
Maka sesungguhnya Allah lebih berhak untuk bersikap seperti apa yang kita rasakan bro’. Tapi dengan Kemaha Rahmanannya dan Kemaha Rahimannya Allah pasti jauh lebih bijaksana dalam bersikap dibandingkan diri kita.
Semoga ini menjadi pelajaran dan introspeksi diri kita. Janganlah engkau tambah kemurkaan Tuhanmu karena dosa kemaksiatan yang telah kita lakukan kemudian kita ceritakan kemaksiatan yang telah Allah tutupi itu kepada khalayak sehingga orang lain melakukan atau mengikuti tindakan kemaksiatan kita itu. Takutlah kita terhadap hujjah dalil berikut ini wahai ikhwah…
Dari Abu ‘Amr Jarir bin Abdullah ra ia berkata : ……. beliau [Shallallahu ‘Alaihi Wassalam] bersabda : “Siapa saja yang pertama memberi contoh prilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya itu tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim)
Sekali lagi, semoga ini menjadi bahan renungan dan menjadi moment untuk memperbaiki diri. Wallahu musta’an.
sumber: http://ihwansalafy.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar